Thursday, April 7, 2016

Salam mejuah-juah man banta kerina
Perkenalkan nama saya Ari br Sebayang, anak kedua dari empat bersaudara, diberu kerina. Sama seperti anak-anak yang lain, saya menghabiskan masa kecil dengan kehidupan yang sederhana. Bapak seorang guru SMK di Kisaran, Asahan, mamak seorang ibu rumah tangga. Jadi sudah bisa dibayangkan betapa sederhananya keluarga kami dengan satu pondasi keuangan yang hanya ditopang satu orang. Walaupun demikian, untuk hal pendidikan kami tidak pernah kekurangan. Selalu ada jalan yang diusahakan mamak dan bapak untuk memenuhi kebutuhan kami.
Pada awalnya bisa lulus sarjana di Universitas Negeri Medan sudah merupakan pencapaian yang luar biasa. Karena bapak juga hanya bisa menyelesaikan sekolahnya sampai jenjang sarjana muda, itupun harus dengan putus sambung karena kekurangan biaya. Pada awalnya ketika lulus di UNIMED, sebenarnya ada perasaan kecil hati dan pengen ulang SPMB lagi karena tidak bisa lulus di universitas lain yang ‘lebih terkenal bagus’, tapi itu tetap dilanjutkan karena ingat pesan orang tua, “kalau nggak dapat negeri, lebih bagus gak usah sekolah”. Akhirnya lulus dengan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dengan IPK yang biasa-biasa saja.
Setelah lulus S1, ada keinginan ingin seperti teman-teman lain yang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang master, hanya saja, lagi-lagi ingat pesan orang tua, “bapak cuma sanggup sekolahkan sampai S1, kalau mau S2, cari sendiri jalannya.” Setelah itu, coba-coba beasiswa S2 di internet, tapi ternyata belum itu jalannya. Di tahun 2013, Tuhan kasih rejeki dan kemampuan untuk bisa lanjut S2 jurusan applied linguistics di Program Pascasarjana UNIMED. Boleh dibilang semuanya berjalan dengan baik walau berat karena harus bekerja setiap hari. Sampai akhirnya seorang teman memberi info tentang beasiswa ke Taiwan.


Belajar Bahasa Inggris kok ke Taiwan?
Banyak sekali orang yang bertanya seperti itu. Kenapa belajar Bahasa Inggris ke Taiwan? Alasan pertama, karena beasiswa. Memang beasiswa yang ditawarkan tidak penuh, hanya tuition waiver, bebas uang kuliah untuk satu tahun. Orang tua mengira setiap ada predikat beasiswa, pasti semuanya gratis, bebas biaya. Hanya saja, mungkin karena faktor nekad dan ingin seperti orang lain yang bisa keluar negeri, akhirnya tetap berangkat. Di awal bulan tiba di Taiwan, puji Tuhan kakak diberi kemampuan untuk give support financially. Tapi sekarang ini, puji Tuhan sudah diberi kemandirian, dan orang tua sudah tau, kalau universitas hanya kasih biaya uang kuliah. Alasan kedua, untuk dapat pendidikan yang lebih baik. Bukan berarti pendidikan di Indonesia tidak baik, kalau ada kesempatan belajar di luar negeri, kenapa tidak? Dan akhirnya di sini, Bahasa Inggris hanya dipakai sebagai instrument, karena major track saya adalah linguistics.

Hidup dan sekolah di Taiwan bukanlah hal yang mudah, bukan juga hal yang sulit. Di waktu awal tiba di Taiwan itu benar-benar seperti uji nyali dan mental, karena tidak kenal siapa-siapa sama sekali. Mungkin berbeda dengan teman-teman Sumatra Utara lain yang pergi ke Taiwan bareng dengan teman atau kenalan, saya pergi seorang diri ke Taiwan. Ketika sampai di Taipei, ternyata asrama belum buka, tiba di bandara Taoyuan bingung harus apa. Hanya saja penyertaan Tuhan selalu sempurna, saya dipertemukan dengan teman-teman asal Medan, yang pada akhirnya mempertemukan saya dengan kak Yenny Tarigan, mahasiswa Taipei Medical University, yang setelah beberapa bulan setelahnya baru saya ketahui bahwa kak Yenny dan saya masih satu keturunan (bayak ras bayang kak Yenny erturang kel).
Seperti yang sebelumnya saya ceritakan, kakak mensupport saya secara finansial, tapi hanya di beberapa bulan pertama. Di bulan ketiga, kiriman dari Indonesia sudah semakin berkurang, dank arena tidak ingin memberatkan lebih lama, saya memutuskan untuk mulai cari pekerjaan di Taipei. Satu kali di hari Minggu, saya menyusuri satu tempat yang bernama Taipei Main Station. Saya dan seorang teman memasuki satu demi satu toko atau restoran Indonesia untuk cari kerjaan. Singkat cerita untuk menopang biaya hidup, saya kerja apa saja, jaga toko, bagi brosur, kerja di rumah makan, semua dilakoni. Tapi puji Tuhan, sekarang pekerjaan saya sudah lebih stabil, saat ini saya bisa part time di sebuah kantor pengiriman uang di Taipei. Jadi nggak perlu panas-panasan lagi.
Nekad?
Iya, tapi saya bersyukur sekali, karena dari kenekadan itu saya punya banyak pengalaman. Menyesal? Iya, karena kenapa baru berani dan nekad diumur yang sudah mulai banyak. Kenapa saya tidak berani dan nekad begitu saya lulus dari UNIMED. Tapi satu hal yang sama percaya, there is always reason for everything. His plan is not ours. His time is not mine or yours. When God wants you to go he will let you to go and open His way for you. He will never forget nor forsake you. Saat ini sudah ada di tahun kedua, dan jika Tuhan ijinkan akan selesai di tahun ini. Akademik? Puji Tuhan, better than when I was in my undergraduate level. PenyertaanNya selalu sempurna dan setiap hari adalah hasil penyertaanNya. Dan terbukti, Dia memberi kesempatan demi kesempatan yang mungkin tidak akan saya dapat kalau saya tetap diam di dalam comfort zone saya.

Satu pesan saya untuk teman-teman, kalau ingin bermimpi, bermimpilah, and pray. He will let you go if He wants you to go.
Dibata simasu-masu kita kerina ..

2 comments:

  1. Blog ini sangat menginspirasi sekali bagi teman -teman yang ingin kuliah ke luar negeri. Mungkin masih banyak siswa Indonesia yg tidak tahu bagimana kuliah di negeri orang termasuk saya. Sukses selalu buat teman - teman Karo

    ReplyDelete
  2. terima kasih ... salam kenal dan salam sukses

    ReplyDelete

×

Powered By Facebook and Get This Widget

Follow on Google+

Powered by Blogger.

Ads Top

Follow

Popular Posts

Featured
Most Popular

Kategori

Kategori

Recent Comments

Text Widget

Text Widget

Featured

Contributors

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Recent Post

Follow

Video of the Day

Popular

Popular Posts