Salam
mejuah-juah man banta kerina
Perkenalkan
nama saya Ari br Sebayang, anak kedua dari empat bersaudara, diberu kerina.
Sama seperti anak-anak yang lain, saya menghabiskan masa kecil dengan kehidupan
yang sederhana. Bapak seorang guru SMK di Kisaran, Asahan, mamak seorang ibu
rumah tangga. Jadi sudah bisa dibayangkan betapa sederhananya keluarga kami
dengan satu pondasi keuangan yang hanya ditopang satu orang. Walaupun demikian,
untuk hal pendidikan kami tidak pernah kekurangan. Selalu ada jalan yang
diusahakan mamak dan bapak untuk memenuhi kebutuhan kami.
Pada
awalnya bisa lulus sarjana di Universitas Negeri Medan sudah merupakan
pencapaian yang luar biasa. Karena bapak juga hanya bisa menyelesaikan sekolahnya
sampai jenjang sarjana muda, itupun harus dengan putus sambung karena
kekurangan biaya. Pada awalnya ketika lulus di UNIMED, sebenarnya ada perasaan
kecil hati dan pengen ulang SPMB lagi karena tidak bisa lulus di universitas
lain yang ‘lebih terkenal bagus’, tapi itu tetap dilanjutkan karena ingat pesan
orang tua, “kalau nggak dapat negeri, lebih bagus gak usah sekolah”. Akhirnya
lulus dengan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dengan IPK yang biasa-biasa
saja.
Setelah
lulus S1, ada keinginan ingin seperti teman-teman lain yang bisa melanjutkan
pendidikan ke jenjang master, hanya saja, lagi-lagi ingat pesan orang tua,
“bapak cuma sanggup sekolahkan sampai S1, kalau mau S2, cari sendiri jalannya.”
Setelah itu, coba-coba beasiswa S2 di internet, tapi ternyata belum itu
jalannya. Di tahun 2013, Tuhan kasih rejeki dan kemampuan untuk bisa lanjut S2
jurusan applied linguistics di
Program Pascasarjana UNIMED. Boleh dibilang semuanya berjalan dengan baik walau
berat karena harus bekerja setiap hari. Sampai akhirnya seorang teman memberi
info tentang beasiswa ke Taiwan.
Belajar Bahasa Inggris kok ke Taiwan?
Banyak
sekali orang yang bertanya seperti itu. Kenapa belajar Bahasa Inggris ke
Taiwan? Alasan pertama, karena beasiswa. Memang beasiswa yang ditawarkan tidak
penuh, hanya tuition waiver, bebas
uang kuliah untuk satu tahun. Orang tua mengira setiap ada predikat beasiswa,
pasti semuanya gratis, bebas biaya. Hanya saja, mungkin karena faktor nekad dan
ingin seperti orang lain yang bisa keluar negeri, akhirnya tetap berangkat. Di
awal bulan tiba di Taiwan, puji Tuhan kakak diberi kemampuan untuk give support
financially. Tapi sekarang ini, puji Tuhan sudah diberi kemandirian, dan orang
tua sudah tau, kalau universitas hanya kasih biaya uang kuliah. Alasan kedua,
untuk dapat pendidikan yang lebih baik. Bukan berarti pendidikan di Indonesia
tidak baik, kalau ada kesempatan belajar di luar negeri, kenapa tidak? Dan
akhirnya di sini, Bahasa Inggris hanya dipakai sebagai instrument, karena major
track saya adalah linguistics.
Hidup
dan sekolah di Taiwan bukanlah hal yang mudah, bukan juga hal yang sulit. Di
waktu awal tiba di Taiwan itu benar-benar seperti uji nyali dan mental, karena
tidak kenal siapa-siapa sama sekali. Mungkin berbeda dengan teman-teman Sumatra
Utara lain yang pergi ke Taiwan bareng dengan teman atau kenalan, saya pergi
seorang diri ke Taiwan. Ketika sampai di Taipei, ternyata asrama belum buka,
tiba di bandara Taoyuan bingung harus apa. Hanya saja penyertaan Tuhan selalu
sempurna, saya dipertemukan dengan teman-teman asal Medan, yang pada akhirnya
mempertemukan saya dengan kak Yenny Tarigan, mahasiswa Taipei Medical
University, yang setelah beberapa bulan setelahnya baru saya ketahui bahwa kak
Yenny dan saya masih satu keturunan (bayak ras bayang kak Yenny erturang kel).
Seperti
yang sebelumnya saya ceritakan, kakak mensupport saya secara finansial, tapi
hanya di beberapa bulan pertama. Di bulan ketiga, kiriman dari Indonesia sudah
semakin berkurang, dank arena tidak ingin memberatkan lebih lama, saya
memutuskan untuk mulai cari pekerjaan di Taipei. Satu kali di hari Minggu, saya
menyusuri satu tempat yang bernama Taipei Main Station. Saya dan seorang teman
memasuki satu demi satu toko atau restoran Indonesia untuk cari kerjaan.
Singkat cerita untuk menopang biaya hidup, saya kerja apa saja, jaga toko, bagi
brosur, kerja di rumah makan, semua dilakoni. Tapi puji Tuhan, sekarang
pekerjaan saya sudah lebih stabil, saat ini saya bisa part time di sebuah
kantor pengiriman uang di Taipei. Jadi nggak perlu panas-panasan lagi.
Nekad?
Iya,
tapi saya bersyukur sekali, karena dari kenekadan itu saya punya banyak
pengalaman. Menyesal? Iya, karena kenapa baru berani dan nekad diumur yang
sudah mulai banyak. Kenapa saya tidak berani dan nekad begitu saya lulus dari
UNIMED. Tapi satu hal yang sama percaya, there is always reason for everything.
His plan is not ours. His time is not mine or yours. When God wants you to go
he will let you to go and open His way for you. He will never forget nor
forsake you. Saat ini sudah ada di tahun kedua, dan jika Tuhan ijinkan akan
selesai di tahun ini. Akademik? Puji Tuhan, better than when I was in my
undergraduate level. PenyertaanNya selalu sempurna dan setiap hari adalah hasil
penyertaanNya. Dan terbukti, Dia memberi kesempatan demi kesempatan yang
mungkin tidak akan saya dapat kalau saya tetap diam di dalam comfort zone saya.
Blog ini sangat menginspirasi sekali bagi teman -teman yang ingin kuliah ke luar negeri. Mungkin masih banyak siswa Indonesia yg tidak tahu bagimana kuliah di negeri orang termasuk saya. Sukses selalu buat teman - teman Karo
ReplyDeleteterima kasih ... salam kenal dan salam sukses
ReplyDelete