Tuesday, April 19, 2016



Mejuah-juah man banta kerina

Perkenalkan nama saya Julia Veranita Sembiring Guru Kinayan atau nama kerennya Gurki. Tetapi pada kenyataannya saya tidak pernah menggunakan embel-embel beru saya dibelakang nama saya di dalam ijazah. Hal ini dikarena beberapa factor dan masa lalu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata (hehehehe). saya merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, ya kata orang Taiwan sih itu termasuk kategori sudah banyak anak, tetapi menurut orang Indonesia itu masih terlalu sedikit (J). Saya merupakan kketurunan karo murni, maksudnya ibu saya juga merupakan orang karo asli, beliau beru Sitepu. 




Saya sangat bangga menjadi orang karo, hal ini disebabkan dengan kultur kekeluargaaan yang sangat erat walaupun tidak kenal satu sama lain tetapi dalam istilah karo kalau sudah memiliki beru maupun marga yang sama maka akan dianggap saudara.

Saya dilahirkan di Tanjung Pura 25 tahun yang lalu dan saya berasal dari Binjai, (pasti yang terbayang langsung rambutan). Ya kota tinggal saya sangat terkenal akan buah rambutannya. Walau saya tinggal di Binjai tetapi kampung halaman saya ada di langkat desa Bandar Tinggi. Mungkin kalian tidak pernah mendengarnya karena itu merupakan desa kecil yang ada di langkat.

Saya tamatan dari SMA 1 Binjai, dan berkuliah di STKIP Budidaya Binjai, mungkin bagi mereka yang tahu akan nama kampus tersebut akan hanya tersenyum sinis. Ya hal ini dikarenakan kampus saya tersebut hanya terletak dipinggiran kota dan didekat persawahan milik masyarakat. Tetapi walau demikian saya tidak merasa minder karena mama ku selalu berkata bukan kampus yang menentukan kualitas pribadi seseorang melain pribadi seseorang tersebutlah yang akan menentukan kualitas hidup dirinya.

Oleh karena nasehat tersebutlah saya selalu merasa percaya diri, yah walau terkadang sering disindir oleh beberapa keluarga. Tetapi dibalik itu semua saya hanya tersenyum melihat mereka. Mama ku selalu mengajarkan aku smua adat istiadat karo, beliau selalu berpesan bahwa tak perduli dimanapun berada aku harus mampu dan harrus selalu belajar tentang adat ku sendiri.

Aku memiliki banyak impian, dan yang paling utama yaitu membahagiakan kedua orang tua ku, ya walaupun banyak yang bilang impianku terlalu biasa dan muluk dan semua orang juga memimpikan hal itu. Tetapi mereka hanya mampu melihat mimpiku hanya dari kulitnya saja, hanya aku yang tahu mengapa aku memiliki mimpi yang dimiliki oleh kebanyakan orang juga.  Aku ingin membantu mereka walaupun dengan cara membuat mereka bangga karena telah miliki anak seperti aku, tetapi sampai sekarang aku masih jauh dari kata itu. Hal itu disebabkan karena bandelnya aku selama ini, selain itu aku juga bermimpi akan mampu membantu kedua orang tuaku untuk membiayai sekolah adik-adikku. Tetapi sampai sekarang hanya beberapa keperluan mereka saja yang mampu aku bantu. Hmmm susah ya ternyata menjalaninya.  Tetapi mimpi ku yang paling sulit dijangkau adalah membangun sekolah yang mampu membantu anak-anak didesaku untuk mampu berprestasi dan mengembangkan desaku tercinta. 

Terkadang orang tuaku hanya mampu berkata jangan mimpi terlalu ketinggian, kalau jatuh sakitnya luar biasa. Tetapi aku hanya tersenyum dan berkata “untuk itu mak, aku memiliki mimpi yang banyak. Setidaknya salah satu aja yang tercapai kan bisa membuat kam bahagia” candaku. Beliau hanya tertawa dan menanggapi bahwa beliau hanya mampu menyekolahkan kami, karena beliau tidak memiliki harta dan kekayaan. Jadi jikalau kami bermalas-malasan untuk pergi kesekolah beliau akan marah dan akan mengomelin kami sepanjang hari.

Aku tamat sarjana pada tahun 2014, dan melakukan tugas layaknya seorang tamatan sarjana, yaitu mencari kerja. Tetapi apa mau dikata orang-orang yang melihat ijazah ku hampir rata-rata menolak aku untuk bekerja diperusahaan ataupun disekolah-sekolah. Hal ini mungkin dikarenakan akreditas kampusku yang masih “C”. setelah hampir 5 bulan mencari tetapi tidak mendapatkan hasil, akhirnya aku memberanikan diri meminta kepada orang tua ku untuk melanjutkan S2. Awalnya keinginanku yaitu melanjutkan S2 di UPI Jakarta (ketinggian ya impiannya) tetapi akibat keterbatasan biaya orang tua ku, aku mengurungkan niat untuk melanjutkan di Jakarta dan hanya meminta beliau untuk menyekolahkan aku di UNIMED. Tetapi orang tua ku juga hanya berkata bahwa keuangan mereka tidak akan mencukupi, hal ini dikarenakan masih bersekolahnya adikku yang nomor 3. Yah mau tidak mau aku harus mengalah terhadap adikku, karena dia sudah memasuki semester akhir dan mengingat adik bungsuku juga masih SMP makin membuat aku untuk mengurungkan niatku untuk lanjut S2.

Walaupun aku sadar dengan mengurungkan niatku untuk lanjut S2 maka akan semakin jauh pula cita-cita dan impian ku selama ini, (hmm) sedih sih ketika tau itu. Tetapi  benar kata orang-orang, bahwa rencana Tuhan siapa yang tahu, Tuhan mempertemukan aku mebali dengan teman ku Joy Simanjuntak yang mendapatkan beasiswa di CYCU Taiwan. Aku kagum melihatnya yang mampu berkuliah diluar negeri, dan aku mulai bertanya-tanya padanya alias kepoin dia, heehehehe. Dan dia bercerita bahwa dia mendapatkan beasiswa dari kampus, yang semula aku kira beasiswa dari UNIMED. Tetapi dugaan ku salah, karena di semester berikutnya aku juga melihat kembali temanku Samuel Situmeang juga berkuliah di Taiwan dan aku kepoin lagi donk. Dan usut punya usut ternyata mereka mendapatkan beasiswa dari kampus mereka di Taiwan. Mendengar hal itu aku memiliki semangatku kembali untuk mencoba lanjutkan kuliahku yang sempat ku kubur kemarin. Mereka berdua menyarankan ku untuk menghubungi bang Mula, dan aku mulai mempersiapkan semuanya.

Aku mengajukan keinginan ku ini kepada kedua orang tuaku. Ya orang tuaku hanya mampu membantu aku dalam hal financial untuk mengirimkan berkas-berkas lamaran beasiswa ku kekampus-kampus. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menyelesaikan semua syarat yang dibutuhkan sambil dibimbing oleh bang mula. Terkadang aku juga meminta saran kepada kedua teman ku yang sudah ditaiwan.
Aku melamar di 3 kampus sekaligus, di kampus pertama aku diterima hanya mendapatkan partial scholarship yaitu 50% uang kuliah. Aku mencoba berdiskusi lagi terhadap kedua orang tuaku, mereka hanya berkata tidak, karena tidak adanya uang untuk membayar selebihnya, aku ya tentu saja sedih. Hanya setelah 2 hari marah dengan keadaanku yang seperti sekarang ini, aku merasa ketika itu Tuhan tidak adil dengan aku, tetapi aku mencoba ceria lagi. Setelah seminggu kemudian dikampus kedua aku dinyatakan lulus lagi, tetapi tidak tahu jenis beasiswanya. Aku hanya bersorak kegirangan dan memeluk mama ku. Beliau hanya tersenyum. Dengan lamanya tipe beasiswa yang didapatkan aku hanya mampu berpasrah dengan Tuhan. Akhirnya di kampus yang ketiga, ketika pengumuman dikeluarkan aku dinyatakan tidak lulus seleksi sama sekali, ya lagi-lagi aku sedih dan hanya mampu berharap pada kampus kedua.

Ketika pertama kali mengapply, setiap malam aku selalu berdoa kepada Tuhan bahwa aku ingin dikampus kedua. Akhirnya penantian panjangku terjawab. Aku mendapatkan beasiswa partial, cukup sedih sih tetapi di kampus kedua ini lebih baik, dikarenakan aku mendapatkan semua biaya pendidikan gratis selama 1 tahun, aku mulai berdiskusi kerpada ortu, ya lagi-lagi mereka menolak ku untuk pergi ke Taiwan. Aku benar-benar marah kepada Tuhan dan Ortu, aku hanya mampu menangis selama 1 minggu penuh. Setiap malam aku hanya  mampu berdoa, dan meminta sama Tuhan agar membukakan jalan jikalau memang itu yang terbaik.

Setelah hampir 1 minggu pengumuman tersebut, ada acara pulungen jabu-jabu (PJJ) dirumahku. Mamaku bercerita kepada salah satu kerabat kami bahwa aku merupakan anak mereka yang memiliki ambisi sekolah paling besar. Ibuku bercerita bahwa mereka terpaksa menolak keinginan ku untuk bersekolah Taiwan padahal aku sudah mendapatkan beasiswa. Aku hanya mampu berdiam diri didapur rumahku. Pak tua ku marah kepada bapakku, beliau sangat-sangat kecewa terhadap kedua orang tua ku yang menghalangi keinginan ku untuk terus bersekolah padahal aku memiliki keinginan yang kuat. Beliau hanya berkata “kalau soal biaya jangan ditakutkan, karena semuanya itu Tuhan yang mengatur. Burung diudara yang tidak menanam saja mampu makan setiap hari, kenapa kita manusia yang bisa bekerja masih takut akan kurangnya uang. Padahal Tuhan kita merupakan raja di atas segalanya”

Bapakku langsung berpikir dan memanggil aku untuk menanyakan kembali apakah masih memungkinkan untuk aku pergi kuliah tersebut, dan dengan yakin aku menjawab masih. Lalu orang tuaku pun mengijinkan ku untuk pergi ke Taiwan.

Singkat cerita akhirnya saya dan kedua teman saya berangkat dari medan dan tiba diTaiwan tanpa dijemput, hal ini tidak menghalangi kami. Karena semua yang ada di bandara Taiwan memberikan instruksi yang sangat jelas. Oia aku belum bilang ya kalau aku diterima di National Taiwan Ocean University. Di kampusku sekarang ini, aku telah bekerja dengan salah satu dosen yang ada di sini  pada awal kedatanganku dan sekarang beliau telah menjadi pembimbingku. Semua seniorku hanya berkata aku beruntung, tetai yang aku tahu aku bukan beruntung melainkan kasih Tuhanku selalu melimpah atas ku.

Ketika aku tahu bahwa aku sudah mendapatkan pekerjaan aku langsung menelpon mama ku, dan berkata kepada beliau bahwa beliau tidak usah menghiraukan dan resah lagi akan biaya hidupku. Ya namanya seorang ibu, beliau memarahiku (hehehehhe) dan hanya berkata jangan sombong, padahal maksud hati agar beliau menyimpan uang yang ingin dikirimkan untuk dipakai kalau ada keperluan lagi. Tetapi beliau berkata “ tugas orang tua yaitu memastikan semuanya baik-baik saja, walau tidak ada uang bagem pala-palai nina mama ku”. Jujur aku nangis waktu dengar beliau berkata demikian. Aku hanya tersenyum saja, karena aku tahu jikalau aku menangis mama kupun masti menangis dirumah. Dan beliau berpesan jangan pernah lupa kegereja dan melupakan semua adat istiadat kita.

Selama 6 bulan aku di Taiwan, ortuku memang selalu mengirimi aku uang, tetapi aku hanya baru menggunakan 1 juta, karena satu dan lain hal. Dalam 6 bulan juga aku mulai belajarr semua yang aku butuhkan, baik ilmu maupun kebiasaan disini. Memang benar system pendidikan Taiwan jauh lebih baik daripada di kampusku sebelumnya (ga berani bilang Indonesia). Disini juga aku mulai belajar membentuk karakter pribadiku.

Melalui biografi singkatku ini (heheh 4 halaman) aku ingin mengatakan kepada kalian semua, jangan pernah takut bermimpi. Milikilah banyak impian agar engkau mampu tetap berdiri walaupun sudah terjatuh. Serahkan semua kekhawatiran, masa depan dan gelisahmu kepada Tuhan, percayalah jikalau itu yang terbaik untukmu maka smuanya akan diberkati dan diberikannya kepadamu. Oia jangan meniru aku yang sempat marah sama Tuhan, Ortu dan keadaan. Karena smua itu hanya akan menyiksa dan menyakiti diri kita sendiri, karena aku telah membuktikannya.

Harapanku hanya 1, bisa mengubah indonesiaku melalui hal-hal yang terkecil lebih dahulu terutama dalam hal pendidikan. Dan aku berharap impian-impianku mampu terwujud dan dikabulkan oleh Tuhan. Anak-anak Indonesia sebenarnya pintar-pintar hanya saja dikarenakan adat dan kebiasaan membuat mereka semua malas berusaha.

Sekian dari saya, semoga bisa menjadikan pembelajaran dan motivasi bagi kalian agar jangan takut bermimpi asal berusaha dan percaya. Salam dari National Taiwan Ocean University, Taiwan.

Julia Veranita І National Taiwan Ocean University І Email: juliaveranitasembiring@gmail.com І HP: 0965-734-844 (Taiwan) І FB : Julia Veranita Sembiring І instagram: v3ra_chan


Tuesday, April 12, 2016



Mejuah-juah man banta kerina…
Perkenalkan saya Yenni Gustiani bru Tarigan bere Sembiring Depari, anak sulung dari 3 orang bersaudara yang dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga yang tidak mempunyai harta mewah. Saya dilahirkan di desa yang sangat terpencil, lupa tepatnya di desa apa di Tanjung Morawa pada tanggal 15 Agustus 1988. Orang tua saya berasal dari Desa Perbesi dan Pertumbukan di kecamatan Tigabinanga. Sekarang kami menetap di desa Firdaus Kec. Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai, jadi ya masih seringlah setahun sekali pulang ke kampung Tanah Karo Simalem :D
            Saya berasal dari keluarga yang sangat sederhana, bapak dan nande hanyalah seorang petani dan tamat SMA. Tidak seperti keluarga yang lainnya, yang mungkin memang kedua orang tuanya atau salah satu mengecap pendidikan sehingga sangat menyarankan anak-anaknya untuk terus sekolah. Bersyukur orang tua saya tidak pernah melarang anak-anaknya untuk sekolah. Jadi memang tidak pernah sama sekali terfikirkan dalam benak saya untuk bisa studi lanjut sebelumnya. Saya mengganggap kuliah S1 saja sudah cukup untuk memenuhi kehidupan dan tetibanya di dunia kerja saya mulai terfokus untuk melanjut kuliah sehingga terus mencari informasi tentang studi di luar negeri. Orang-orang dan keluarga malah berpikir, ihh Yenni ini tinggi sekalilah mimpinya. Ya… Tapi saya tidak takut untuk terus bermimpi jauh tinggi dan meraihnya. Btw, saya lulusan S1 dari USU fakultas kesehatan masyarakat.
Tidak mudah dalam mempersiapkan segala sesuatu dan persyaratan untuk studi lanjut, apalagi jika ingin mendapatkan beasiswa. Sangat dibutuhkan tenaga ekstra dan financial yang yang cukup di awal. Terkadang memang faktor ekonomilah yang membuat kita sangat sulit sekali untuk memulai pendaftaran. Tetapi jika memang ada kemauan dan tekad yang kuat untuk studi lanjut, pasti Tuhan akan sediakan dan cukupi bagi kita. Terlebih dalam mencari beasiswa, harus sangat teliti dan banyak membaca untuk bisa memahami yang ditulis dalam aplikasi yang diminta. Jika kita ingin studi lanjut di luar negeri, syarat yang paling dibutuhkan adalah kemampuan dalam berbahasa inggris yang baik. Oleh karena itu dalam tahap awal, kita butuh belajar Bahasa Inggris yang dalam dan juga melakukan test TOEFL atau IELTS. Begitu juga saya dalam mempersiapkan berkas aplikasi untuk studi lanjut di Taiwan dan luar negeri lainnya, sangat banyak sekali tantangan yang harus dihadapi dan ditempuh karena memang dalam mempersiapkan semua berkas tersebut saya masih bekerja di perusahaan swasta yang sangat menyita waktu saya di kantor. Akhirnya sayapun meluangkan waktu pada malam hari untuk mempersiapkan semua dokumen. Saya ingin studi lanjut karena memang dari awal adalah saya ingin menjadi tenaga pendidik dan bersyukur sudah terjun di dalamnya. Saya tidak terlalu muluk-muluk ingin menjadi orang sukses dan bisa memiliki segalanya. Saya hanya ingin bisa menjadi seseorang berguna bagi orang lain dan bagi Negara ini. Dengan studi lanjut diluar negeri kita bisa mendapatkan pengetahuan dan pandangan yang begitu luas tentang seluruh dunia. Dan tentunya, hal yang terpenting adalah sistem pendidikan yang baik serta kelengkapan fasilitas-fasilitas dalam pembelajaran yang sangat canggih yang tidak kita temukan di Negara kita.
Dengan perjuangan yang tidak gampang ini, akhirnya saya lulus pada pengumuman Fall 2013 di Taipei Medical University yang adalah salah satu kampus dari Top 100 Asian Universities. Pada saat itu saya mendaftar 3 universitas di Taiwan yaitu Taipei Medical University, Kaohsiung Medical University dan National Taiwan University. Tak pernah saya sangka bahwa saya akan mendapatkan beasiswa dari Taipei Medical University karena memang sangat sulit untuk mendapatkan beasiswa kampus. Karena kuota di setiap departemen hanya menerima 2 beasiswa dari TMU. Walaupun demikian jangan pernah menyerah untuk terus mencoba mendaftar beasiswa karena begitu banyak jenis beasiswa yang ditawarkan baik di dalam maupun di luar negeri.
Setibanya di Taiwan menjadi hal yang sangat tidak bisa dilupakan untuk pertama kalinya karena kita akan melihat begitu berbedanya sistem transportasi yang ada di Taiwan dengan di Indonesia. Cangggiiihhh :D Orang-orangnya sangat ramah, suka membantu, dan baik, tidak diperbolehkan untuk merokok di tempat-tempat umum dan di dalam ruangan, kecilnya angka kriminalitas, tidak ada sampah yang berserakan karena selalu ada tempat sampah disetiap sudut jalanan dan taman, dan yang paling mengesankan adalah sistem pengelolaan sampah mereka yang sangat teratur terjadwal di malam hari dengan pemisahan sampah organik dan anorganik pada saat pengangkutan sampah.
Tidak hanya hal-hal tersebut tetapi juga dalam hal pendidikan, Taiwan tidak kalah dengan negara-negara maju lainnya seperti singapur, jepang dan hongkong. setibanya saya di kampus Taipei Medical University, kampus dimana saya meneruskan studi Master saya, saya sangat kagum karena kemewahannya, bukan hanya itu tetapi dengan sistemnya yang sangat teratur (terutama bagian International Officenya). Begitu juga dengan fasilitas laboratorium yang sudah saya liat di beberapa lab selain lab saya sendiri pastinya. Saya tercengang dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki oleh kampus saya karena lengkapnya fasilitas lab yang ada, besar dan pastinya tidak dengan biaya sedikit untuk dapat membeli biaya laboratorium yang ada. Luar biasa… Saya yakin semua kampus di Taiwan pasti seperti itu sesuai dengan bidang masing-masing. Dengan fasilitas laboratorium yang sangat canggih tersebut didukung juga dengan tenaga pendidik yang benar-benar professional, menambah kepercayaan diri saya dalam belajar di negeri ini. Setibanya saya di kampus, sungguh sangat hangat sambutan antar sesama mahasiswa-mahasiswa internasionalnya dan tidak kalah lagi dengan sambutan yang sangat ramah serta suka membantu mahasiswa lokal jika kita membutuhkan pertolongan. Mereka tidak segan-segan menghampiri dan menolong kita serta meluangkan banyak waktu mereka agar bisa membantu kita padahal mereka juga sangat sibuk loh. It’s awesome…..
Dengan ilmu yang kita dapatkan dengan studi di luar negeri diharapkan dapat merubah Indonesia menjadi Negara yang lebih baik dan maju kedepannya. Sistem yang kita pelajari dinegara maju ini mungkin saja bisa kita terapkan di Negara kita tercinta. Sebagai generasi penerus jadi janganlah kita menyerah dan berdiam saja. Teruslah belajar dengan tekun dan membangun bangsa kita mulai dari diri kita sendiri. Semoga kita bisa memberikan yang terbaik dengan pendidikan yang kita punya untuk generasi kita. Jadi jangan pernah menyerah dan beranilah terus bermimpi lebih tinggi. Semangaaaaaaaaatt……..
Dare to dream higher,
Yenni Gustiani Tarigan І Taipei Medical University І Email: yennigangustiani@gmail.com І HP: 081293590740 І FB & Twitter: @YenniTarigan

Thursday, April 7, 2016



“Manusia adalah apa yang dipikirkannya.” Itulah kalimat yang selalu kuingat. Sejak kecil, aku selalu ingin ke luar negeri, apalagi saat di Porsea, tempat dimana Bapak bekerja. Di sana, ada banyak orang asing jadi ada beberapa teman sepermainan orang luar negeri. Luar negeri itu, yang kutahu saat itu hanya sebatas peta, di buku, atau seperti di televisi. Apa yang membuat mereka berbeda dengan kita? Apa yang membuat mereka sepertinya lebih maju dari negeri ini?
Aku selalu mengucap syukur kepadaNya, dilahirkan di keluarga yang selalu mendukung dan penuh kasih. Kampung kami di Pancurbatu. Karena pekerjaan Bapak, kami merantau ke Porsea. Jadi, aku SD dan SMP di Porsea. Suasana belajar yang baik mendukungku untuk terus belajar dan berkompetisi. Aku juga aktif di berbagai ekstra kurikuler sekolah. Bapak selalu bilang, kalian harus lebih baik dari Bapak. Dulu Bapak harus kerja dulu baru bisa sekolah, kalian udah enak, Bapak bisa, kalian harus jauh lebih bisa. Nanti kalian bangun kampung kita itu.
Setelah melewati tahap demi tahap seleksi, Puji Tuhan, aku diizinkanNya melanjutkan sekolah ke SMAN 2 Soposurung Balige, salah satu SMA favorit di tanah air. Saat di sana, kepribadianku dibentuk. Walaupun aku seorang perempuan, aku harus mandiri dan jangan mudah menyerah. Saat itu sulit bagiku untuk fokus belajar dengan begitu padatnya jadwal di asrama, dan ditambah lagi semuanya yang menuntut kedisiplinan. Namun lagi lagi, Bapak bilang, gimana Bapak dulu nakku.. dan ada salah satu lagu favoritku saat di asrama “Climb every mountain.. till you find your dream..” Karena hobbyku menyanyi, aku suka menghibur diriku dengan nyanyian untuk menambah semangat. Aku bisa, aku pasti bisa.
Dan, Puji Tuhan, aku diterima di Fakultas Kedokteran USU melalui SPMB saat itu. Ternyata, kuliah di kedokteran sangat menyita waktu dan pikiran. Setelah 3,5 tahun pendidikan pre klinik, 2 tahun program profesi, dan UKDI (Ujian Kompetensi Dokter Indonesia), akhirnya aku menjadi dokter dan melanjutkan program Internship 1 tahun di Kabupaten Samosir. Di sana, aku belajar banyak hal, terlebih berinteraksi dan memperhatikan kehidupan dan kesehatan di daerah. Mengapa pembangunan negeri ini tidak merata khususnya kesehatan? Generasi kitalah yang harus menyelesaikannya.
Aku harus melanjutkan studi. Apa yang dunia sedang kerjakan, bagaiman perkembangan kesehatan. Banyak yang ingin kuketahui. Diam-diam aku mencoba melamar beasiswa S2 ke luar negeri. Puji Tuhan, aku diterima di Kaohsiung Medical University, Taiwan, spring 2015, Graduate Institute of Medicine, Division of Tropical Medicine and Global Health. Saat itu, orangtuaku langsung bertanya bagaimana hidup di sana nanti? Aku meyakinkan orangtuaku kalau aku akan baik-baik saja, semuanya ditanggung, karena aku dapat full scholarship (bebas uang kuliah, asrama, dan malah dikasi uang bulanan). Dan pelajaran pertama yang kupetik dari Taiwan adalah “menolong jangan tanggung-tanggung”

Sesampainya di Taiwan? Aku begitu kagum dengan negeri Formosa ini, benar-benar berbeda. Mulai dari jalanan, transportasi yang maju, orang- orang yang ramah, bersih, semuanya tertata rapi. Di kampus, teman-teman dari berbagai negara, asrama, ruang kelas, dan laboratorium dengan segala fasilitasnya, rumah sakit dengan fasilitas yang canggih, dosen-dosen yang profesional dan peduli. Tidak hanya belajar, aku juga menyempatkan bergabung dalam tim choir kampus, sangat menyenangkan. Semuanya, Taiwan memang luar biasa. Alangkah bersyukurnya diberi kesempatan untuk belajar di sini.
Aku yakin, kita juga bisa, negeri kita khususnya kampung kita “Tanah Karo Simalem”, beberapa tahun lagi akan seperti mereka. Karena kita, generasi muda nya sedang bersemangat membenah diri.
Karena itu teman-teman, mari kita bersama-sama belajar. Jangan takut. Taiwan menawarkan banyak beasiswa. Aku sangat mendukung untuk studi lanjut ke negeri Formosa ini. Bila teman membutuhkan bantuan, jangan segan segan, sebisa mungkin akan saya bantu. Saya bisa, teman teman juga pasti bisa. Manusia adalah apa yang dipikirkannya.


Nama               : Lely Ophine Sinulingga
Facebook         : Lely Ophine Sinulingga
Email               : lely_os07@yahoo.co.id
Universitas      : Kaohsiung Medical University
                          http://english2.kmu.edu.tw/front/bin/home.phtml   





Salam mejuah-juah man banta kerina
Perkenalkan nama saya Ari br Sebayang, anak kedua dari empat bersaudara, diberu kerina. Sama seperti anak-anak yang lain, saya menghabiskan masa kecil dengan kehidupan yang sederhana. Bapak seorang guru SMK di Kisaran, Asahan, mamak seorang ibu rumah tangga. Jadi sudah bisa dibayangkan betapa sederhananya keluarga kami dengan satu pondasi keuangan yang hanya ditopang satu orang. Walaupun demikian, untuk hal pendidikan kami tidak pernah kekurangan. Selalu ada jalan yang diusahakan mamak dan bapak untuk memenuhi kebutuhan kami.
Pada awalnya bisa lulus sarjana di Universitas Negeri Medan sudah merupakan pencapaian yang luar biasa. Karena bapak juga hanya bisa menyelesaikan sekolahnya sampai jenjang sarjana muda, itupun harus dengan putus sambung karena kekurangan biaya. Pada awalnya ketika lulus di UNIMED, sebenarnya ada perasaan kecil hati dan pengen ulang SPMB lagi karena tidak bisa lulus di universitas lain yang ‘lebih terkenal bagus’, tapi itu tetap dilanjutkan karena ingat pesan orang tua, “kalau nggak dapat negeri, lebih bagus gak usah sekolah”. Akhirnya lulus dengan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dengan IPK yang biasa-biasa saja.
Setelah lulus S1, ada keinginan ingin seperti teman-teman lain yang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang master, hanya saja, lagi-lagi ingat pesan orang tua, “bapak cuma sanggup sekolahkan sampai S1, kalau mau S2, cari sendiri jalannya.” Setelah itu, coba-coba beasiswa S2 di internet, tapi ternyata belum itu jalannya. Di tahun 2013, Tuhan kasih rejeki dan kemampuan untuk bisa lanjut S2 jurusan applied linguistics di Program Pascasarjana UNIMED. Boleh dibilang semuanya berjalan dengan baik walau berat karena harus bekerja setiap hari. Sampai akhirnya seorang teman memberi info tentang beasiswa ke Taiwan.


Belajar Bahasa Inggris kok ke Taiwan?
Banyak sekali orang yang bertanya seperti itu. Kenapa belajar Bahasa Inggris ke Taiwan? Alasan pertama, karena beasiswa. Memang beasiswa yang ditawarkan tidak penuh, hanya tuition waiver, bebas uang kuliah untuk satu tahun. Orang tua mengira setiap ada predikat beasiswa, pasti semuanya gratis, bebas biaya. Hanya saja, mungkin karena faktor nekad dan ingin seperti orang lain yang bisa keluar negeri, akhirnya tetap berangkat. Di awal bulan tiba di Taiwan, puji Tuhan kakak diberi kemampuan untuk give support financially. Tapi sekarang ini, puji Tuhan sudah diberi kemandirian, dan orang tua sudah tau, kalau universitas hanya kasih biaya uang kuliah. Alasan kedua, untuk dapat pendidikan yang lebih baik. Bukan berarti pendidikan di Indonesia tidak baik, kalau ada kesempatan belajar di luar negeri, kenapa tidak? Dan akhirnya di sini, Bahasa Inggris hanya dipakai sebagai instrument, karena major track saya adalah linguistics.

Hidup dan sekolah di Taiwan bukanlah hal yang mudah, bukan juga hal yang sulit. Di waktu awal tiba di Taiwan itu benar-benar seperti uji nyali dan mental, karena tidak kenal siapa-siapa sama sekali. Mungkin berbeda dengan teman-teman Sumatra Utara lain yang pergi ke Taiwan bareng dengan teman atau kenalan, saya pergi seorang diri ke Taiwan. Ketika sampai di Taipei, ternyata asrama belum buka, tiba di bandara Taoyuan bingung harus apa. Hanya saja penyertaan Tuhan selalu sempurna, saya dipertemukan dengan teman-teman asal Medan, yang pada akhirnya mempertemukan saya dengan kak Yenny Tarigan, mahasiswa Taipei Medical University, yang setelah beberapa bulan setelahnya baru saya ketahui bahwa kak Yenny dan saya masih satu keturunan (bayak ras bayang kak Yenny erturang kel).
Seperti yang sebelumnya saya ceritakan, kakak mensupport saya secara finansial, tapi hanya di beberapa bulan pertama. Di bulan ketiga, kiriman dari Indonesia sudah semakin berkurang, dank arena tidak ingin memberatkan lebih lama, saya memutuskan untuk mulai cari pekerjaan di Taipei. Satu kali di hari Minggu, saya menyusuri satu tempat yang bernama Taipei Main Station. Saya dan seorang teman memasuki satu demi satu toko atau restoran Indonesia untuk cari kerjaan. Singkat cerita untuk menopang biaya hidup, saya kerja apa saja, jaga toko, bagi brosur, kerja di rumah makan, semua dilakoni. Tapi puji Tuhan, sekarang pekerjaan saya sudah lebih stabil, saat ini saya bisa part time di sebuah kantor pengiriman uang di Taipei. Jadi nggak perlu panas-panasan lagi.
Nekad?
Iya, tapi saya bersyukur sekali, karena dari kenekadan itu saya punya banyak pengalaman. Menyesal? Iya, karena kenapa baru berani dan nekad diumur yang sudah mulai banyak. Kenapa saya tidak berani dan nekad begitu saya lulus dari UNIMED. Tapi satu hal yang sama percaya, there is always reason for everything. His plan is not ours. His time is not mine or yours. When God wants you to go he will let you to go and open His way for you. He will never forget nor forsake you. Saat ini sudah ada di tahun kedua, dan jika Tuhan ijinkan akan selesai di tahun ini. Akademik? Puji Tuhan, better than when I was in my undergraduate level. PenyertaanNya selalu sempurna dan setiap hari adalah hasil penyertaanNya. Dan terbukti, Dia memberi kesempatan demi kesempatan yang mungkin tidak akan saya dapat kalau saya tetap diam di dalam comfort zone saya.

Satu pesan saya untuk teman-teman, kalau ingin bermimpi, bermimpilah, and pray. He will let you go if He wants you to go.
Dibata simasu-masu kita kerina ..

×

Powered By Facebook and Get This Widget

Follow on Google+

Powered by Blogger.

Ads Top

Follow

Popular Posts

Featured
Most Popular

Kategori

Kategori

Recent Comments

Text Widget

Text Widget

Featured

Contributors

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Recent Post

Follow

Video of the Day

Popular

Popular Posts