Mejuah-juah man banta kerina
Perkenalkan
nama saya Julia Veranita Sembiring Guru Kinayan atau nama kerennya Gurki.
Tetapi pada kenyataannya saya tidak pernah menggunakan embel-embel beru saya
dibelakang nama saya di dalam ijazah. Hal ini dikarena beberapa factor dan masa
lalu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata (hehehehe). saya merupakan anak ke
2 dari 4 bersaudara, ya kata orang Taiwan sih itu termasuk kategori sudah
banyak anak, tetapi menurut orang Indonesia itu masih terlalu sedikit (J). Saya merupakan
kketurunan karo murni, maksudnya ibu saya juga merupakan orang karo asli,
beliau beru Sitepu.
Saya
sangat bangga menjadi orang karo, hal ini disebabkan dengan kultur
kekeluargaaan yang sangat erat walaupun tidak kenal satu sama lain tetapi dalam
istilah karo kalau sudah memiliki beru maupun marga yang sama maka akan
dianggap saudara.
Saya
dilahirkan di Tanjung Pura 25 tahun yang lalu dan saya berasal dari Binjai, (pasti
yang terbayang langsung rambutan). Ya kota tinggal saya sangat terkenal akan
buah rambutannya. Walau saya tinggal di Binjai tetapi kampung halaman saya ada
di langkat desa Bandar Tinggi. Mungkin kalian tidak pernah mendengarnya karena
itu merupakan desa kecil yang ada di langkat.
Saya
tamatan dari SMA 1 Binjai, dan berkuliah di STKIP Budidaya Binjai, mungkin bagi
mereka yang tahu akan nama kampus tersebut akan hanya tersenyum sinis. Ya hal
ini dikarenakan kampus saya tersebut hanya terletak dipinggiran kota dan
didekat persawahan milik masyarakat. Tetapi walau demikian saya tidak merasa
minder karena mama ku selalu berkata bukan kampus yang menentukan kualitas
pribadi seseorang melain pribadi seseorang tersebutlah yang akan menentukan
kualitas hidup dirinya.
Oleh
karena nasehat tersebutlah saya selalu merasa percaya diri, yah walau terkadang
sering disindir oleh beberapa keluarga. Tetapi dibalik itu semua saya hanya
tersenyum melihat mereka. Mama ku selalu mengajarkan aku smua adat istiadat
karo, beliau selalu berpesan bahwa tak perduli dimanapun berada aku harus mampu
dan harrus selalu belajar tentang adat ku sendiri.
Aku
memiliki banyak impian, dan yang paling utama yaitu membahagiakan kedua orang
tua ku, ya walaupun banyak yang bilang impianku terlalu biasa dan muluk dan
semua orang juga memimpikan hal itu. Tetapi mereka hanya mampu melihat mimpiku
hanya dari kulitnya saja, hanya aku yang tahu mengapa aku memiliki mimpi yang
dimiliki oleh kebanyakan orang juga. Aku
ingin membantu mereka walaupun dengan cara membuat mereka bangga karena telah
miliki anak seperti aku, tetapi sampai sekarang aku masih jauh dari kata itu.
Hal itu disebabkan karena bandelnya aku selama ini, selain itu aku juga
bermimpi akan mampu membantu kedua orang tuaku untuk membiayai sekolah
adik-adikku. Tetapi sampai sekarang hanya beberapa keperluan mereka saja yang
mampu aku bantu. Hmmm susah ya ternyata menjalaninya. Tetapi mimpi ku yang paling sulit dijangkau
adalah membangun sekolah yang mampu membantu anak-anak didesaku untuk mampu
berprestasi dan mengembangkan desaku tercinta.
Terkadang
orang tuaku hanya mampu berkata jangan mimpi terlalu ketinggian, kalau jatuh
sakitnya luar biasa. Tetapi aku hanya tersenyum dan berkata “untuk itu mak, aku
memiliki mimpi yang banyak. Setidaknya salah satu aja yang tercapai kan bisa
membuat kam bahagia” candaku. Beliau hanya tertawa dan menanggapi bahwa beliau
hanya mampu menyekolahkan kami, karena beliau tidak memiliki harta dan
kekayaan. Jadi jikalau kami bermalas-malasan untuk pergi kesekolah beliau akan
marah dan akan mengomelin kami sepanjang hari.
Aku tamat
sarjana pada tahun 2014, dan melakukan tugas layaknya seorang tamatan sarjana,
yaitu mencari kerja. Tetapi apa mau dikata orang-orang yang melihat ijazah ku
hampir rata-rata menolak aku untuk bekerja diperusahaan ataupun
disekolah-sekolah. Hal ini mungkin dikarenakan akreditas kampusku yang masih
“C”. setelah hampir 5 bulan mencari tetapi tidak mendapatkan hasil, akhirnya
aku memberanikan diri meminta kepada orang tua ku untuk melanjutkan S2. Awalnya
keinginanku yaitu melanjutkan S2 di UPI Jakarta (ketinggian ya impiannya)
tetapi akibat keterbatasan biaya orang tua ku, aku mengurungkan niat untuk
melanjutkan di Jakarta dan hanya meminta beliau untuk menyekolahkan aku di
UNIMED. Tetapi orang tua ku juga hanya berkata bahwa keuangan mereka tidak akan
mencukupi, hal ini dikarenakan masih bersekolahnya adikku yang nomor 3. Yah mau
tidak mau aku harus mengalah terhadap adikku, karena dia sudah memasuki
semester akhir dan mengingat adik bungsuku juga masih SMP makin membuat aku
untuk mengurungkan niatku untuk lanjut S2.
Walaupun
aku sadar dengan mengurungkan niatku untuk lanjut S2 maka akan semakin jauh
pula cita-cita dan impian ku selama ini, (hmm) sedih sih ketika tau itu. Tetapi
benar kata orang-orang, bahwa rencana
Tuhan siapa yang tahu, Tuhan mempertemukan aku mebali dengan teman ku Joy
Simanjuntak yang mendapatkan beasiswa di CYCU Taiwan. Aku kagum melihatnya yang
mampu berkuliah diluar negeri, dan aku mulai bertanya-tanya padanya alias kepoin
dia, heehehehe. Dan dia bercerita bahwa dia mendapatkan beasiswa dari kampus,
yang semula aku kira beasiswa dari UNIMED. Tetapi dugaan ku salah, karena di
semester berikutnya aku juga melihat kembali temanku Samuel Situmeang juga
berkuliah di Taiwan dan aku kepoin lagi donk. Dan usut punya usut ternyata
mereka mendapatkan beasiswa dari kampus mereka di Taiwan. Mendengar hal itu aku
memiliki semangatku kembali untuk mencoba lanjutkan kuliahku yang sempat ku
kubur kemarin. Mereka berdua menyarankan ku untuk menghubungi bang Mula, dan
aku mulai mempersiapkan semuanya.
Aku
mengajukan keinginan ku ini kepada kedua orang tuaku. Ya orang tuaku hanya
mampu membantu aku dalam hal financial untuk mengirimkan berkas-berkas lamaran
beasiswa ku kekampus-kampus. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menyelesaikan
semua syarat yang dibutuhkan sambil dibimbing oleh bang mula. Terkadang aku
juga meminta saran kepada kedua teman ku yang sudah ditaiwan.
Aku
melamar di 3 kampus sekaligus, di kampus pertama aku diterima hanya mendapatkan
partial scholarship yaitu 50% uang kuliah. Aku mencoba berdiskusi lagi terhadap
kedua orang tuaku, mereka hanya berkata tidak, karena tidak adanya uang untuk
membayar selebihnya, aku ya tentu saja sedih. Hanya setelah 2 hari marah dengan
keadaanku yang seperti sekarang ini, aku merasa ketika itu Tuhan tidak adil
dengan aku, tetapi aku mencoba ceria lagi. Setelah seminggu kemudian dikampus
kedua aku dinyatakan lulus lagi, tetapi tidak tahu jenis beasiswanya. Aku hanya
bersorak kegirangan dan memeluk mama ku. Beliau hanya tersenyum. Dengan lamanya
tipe beasiswa yang didapatkan aku hanya mampu berpasrah dengan Tuhan. Akhirnya
di kampus yang ketiga, ketika pengumuman dikeluarkan aku dinyatakan tidak lulus
seleksi sama sekali, ya lagi-lagi aku sedih dan hanya mampu berharap pada
kampus kedua.
Ketika
pertama kali mengapply, setiap malam aku selalu berdoa kepada Tuhan bahwa aku
ingin dikampus kedua. Akhirnya penantian panjangku terjawab. Aku mendapatkan
beasiswa partial, cukup sedih sih tetapi di kampus kedua ini lebih baik,
dikarenakan aku mendapatkan semua biaya pendidikan gratis selama 1 tahun, aku
mulai berdiskusi kerpada ortu, ya lagi-lagi mereka menolak ku untuk pergi ke
Taiwan. Aku benar-benar marah kepada Tuhan dan Ortu, aku hanya mampu menangis
selama 1 minggu penuh. Setiap malam aku hanya
mampu berdoa, dan meminta sama Tuhan agar membukakan jalan jikalau
memang itu yang terbaik.
Setelah
hampir 1 minggu pengumuman tersebut, ada acara pulungen jabu-jabu (PJJ)
dirumahku. Mamaku bercerita kepada salah satu kerabat kami bahwa aku merupakan
anak mereka yang memiliki ambisi sekolah paling besar. Ibuku bercerita bahwa
mereka terpaksa menolak keinginan ku untuk bersekolah Taiwan padahal aku sudah
mendapatkan beasiswa. Aku hanya mampu berdiam diri didapur rumahku. Pak tua ku
marah kepada bapakku, beliau sangat-sangat kecewa terhadap kedua orang tua ku
yang menghalangi keinginan ku untuk terus bersekolah padahal aku memiliki
keinginan yang kuat. Beliau hanya berkata “kalau soal biaya jangan ditakutkan,
karena semuanya itu Tuhan yang mengatur. Burung diudara yang tidak menanam saja
mampu makan setiap hari, kenapa kita manusia yang bisa bekerja masih takut akan
kurangnya uang. Padahal Tuhan kita merupakan raja di atas segalanya”
Bapakku
langsung berpikir dan memanggil aku untuk menanyakan kembali apakah masih
memungkinkan untuk aku pergi kuliah tersebut, dan dengan yakin aku menjawab
masih. Lalu orang tuaku pun mengijinkan ku untuk pergi ke Taiwan.
Singkat
cerita akhirnya saya dan kedua teman saya berangkat dari medan dan tiba
diTaiwan tanpa dijemput, hal ini tidak menghalangi kami. Karena semua yang ada
di bandara Taiwan memberikan instruksi yang sangat jelas. Oia aku belum bilang
ya kalau aku diterima di National Taiwan Ocean University. Di kampusku sekarang
ini, aku telah bekerja dengan salah satu dosen yang ada di sini pada awal kedatanganku dan sekarang beliau
telah menjadi pembimbingku. Semua seniorku hanya berkata aku beruntung, tetai
yang aku tahu aku bukan beruntung melainkan kasih Tuhanku selalu melimpah atas
ku.
Ketika
aku tahu bahwa aku sudah mendapatkan pekerjaan aku langsung menelpon mama ku,
dan berkata kepada beliau bahwa beliau tidak usah menghiraukan dan resah lagi
akan biaya hidupku. Ya namanya seorang ibu, beliau memarahiku (hehehehhe) dan
hanya berkata jangan sombong, padahal maksud hati agar beliau menyimpan uang
yang ingin dikirimkan untuk dipakai kalau ada keperluan lagi. Tetapi beliau
berkata “ tugas orang tua yaitu memastikan semuanya baik-baik saja, walau tidak
ada uang bagem pala-palai nina mama ku”. Jujur aku nangis waktu dengar beliau
berkata demikian. Aku hanya tersenyum saja, karena aku tahu jikalau aku
menangis mama kupun masti menangis dirumah. Dan beliau berpesan jangan pernah
lupa kegereja dan melupakan semua adat istiadat kita.
Selama
6 bulan aku di Taiwan, ortuku memang selalu mengirimi aku uang, tetapi aku
hanya baru menggunakan 1 juta, karena satu dan lain hal. Dalam 6 bulan juga aku
mulai belajarr semua yang aku butuhkan, baik ilmu maupun kebiasaan disini.
Memang benar system pendidikan Taiwan jauh lebih baik daripada di kampusku
sebelumnya (ga berani bilang Indonesia). Disini juga aku mulai belajar
membentuk karakter pribadiku.
Melalui
biografi singkatku ini (heheh 4 halaman) aku ingin mengatakan kepada kalian
semua, jangan pernah takut bermimpi. Milikilah banyak impian agar engkau mampu
tetap berdiri walaupun sudah terjatuh. Serahkan semua kekhawatiran, masa depan
dan gelisahmu kepada Tuhan, percayalah jikalau itu yang terbaik untukmu maka
smuanya akan diberkati dan diberikannya kepadamu. Oia jangan meniru aku yang
sempat marah sama Tuhan, Ortu dan keadaan. Karena smua itu hanya akan menyiksa
dan menyakiti diri kita sendiri, karena aku telah membuktikannya.
Harapanku
hanya 1, bisa mengubah indonesiaku melalui hal-hal yang terkecil lebih dahulu
terutama dalam hal pendidikan. Dan aku berharap impian-impianku mampu terwujud
dan dikabulkan oleh Tuhan. Anak-anak Indonesia sebenarnya pintar-pintar hanya
saja dikarenakan adat dan kebiasaan membuat mereka semua malas berusaha.
Sekian
dari saya, semoga bisa menjadikan pembelajaran dan motivasi bagi kalian agar
jangan takut bermimpi asal berusaha dan percaya. Salam dari National Taiwan
Ocean University, Taiwan.
Julia
Veranita І National Taiwan Ocean University
І Email: juliaveranitasembiring@gmail.com І HP: 0965-734-844 (Taiwan) І FB : Julia Veranita Sembiring І
instagram: v3ra_chan